Tradisi Nganter Bandeng Simbol Kekerabatan Betawi dan Tionghoa
Perayaan Imlek di Jakarta rasanya tidak lengkap tanpa hadirnya olahan makanan ikan bandeng di meja makan warga keturunan Tionghoa.
Tradisi makan bersama ikan bandeng mengalir hingga saat ini
Kebiasaan menyajikan olahan makanan ini bermula dari tradisi Nganter Bandeng yang dilakukan orang Betawi pada dahulu kala, sehingga melegitimasi perayaan Imlek tidak lengkap tanpa adanya hidangan bandeng.
Makan ikan bandeng bagi etnis Tionghoa pada perayaan Imlek juga melambangkan rezeki yang berlimpah.
Anak-anak Nikmati Parade Barongsai di Stasiun LRTKetua Forum Kajian Budaya Betawi (FKBB), Mathar Ibnu Kamal mengatakan, orang Betawi terkenal menyukai makanan olahan pindang ikan bandeng. Sebab, warga Betawi dan etnis Tionghoa di sekitar Tangerang dan Pademangan Jakarta Utara banyak memiliki tambang ikan bandeng pada era 1
900-an."Ciri orang Betawi yang egaliter atau mudah bergaul dengan siapa saja berpartisipasi bareng merayakan Imlek dengan cara makan. Itu hal lumrah dalam sosial masyarakat," ujarnya, Minggu (22/1).
Menurut Mathar, bagi warga Betawi tidak ada ketentuan waktu untuk menyajikan makanan olahan ikan bandeng.
"Tradisi makan bersama ikan bandeng mengalir hingga saat ini. Tradisi tersebut masih dilestarikan warga," jelasnya.
Ia menjelaskan, tradisi Nganter Bandeng saat perayaan Imlek menggambarkan hubungan kekerabatan antar warga, bukan dalam konteks pelaksanaan ibadah.
"Ini sama halnya tradisi malam takbiran. Warga Betawi memasak dan saling berbagi makanan lontong dan opor ayam yang juga masih dilestarikan," terangnya.
Mathar menilai, tradisi Nganter Bandeng saat perayaan Imlek mesti dijaga dan harus terus dilestarikan
"Tradisi ini biarkan mengalir, tetap bertahan dan guyup dalam masyarakat," tandasnya.